City of Laboratory Hadirkan Showcase Unik: Musik, Merchandise, dan Semangat Apresiasi

BERITAEVENT

Nafi'ah Mu'azaroh

10/12/20252 min read

Solo, Shuga Bar De Colomadu. Sebuah kolaborasi lintas ranah antara musik dan dunia merchandise lokal tersaji dalam gelaran “The Urban Clash Buzztard's Loud Years Showcase”, persembahan dari City of Laboratory dan Buzztard's, dua entitas kreatif yang sama-sama tumbuh di ekosistem independen Kota Solo.

City of Laboratory, yang digawangi oleh Landhung selaku Director, merupakan platform kolektif yang rutin menghadirkan program “Laboratory Stage” sebuah ruang eksperimental untuk mempertemukan berbagai pelaku seni dan musik lintas genre. Dalam edisi kali ini, kolaborasi dengan Buzztard's, brand merchandise lokal yang sudah eksis lima tahun, menjadi momen perayaan sekaligus bentuk apresiasi terhadap konsistensi pelaku industri kreatif di ranah musik dan fashion.

“City of Laboratory itu platform untuk semua genre dan semua pasar musik di Kota Solo. Kami ingin semua yang datang menjadi apresiator, bukan hanya penonton,” jelas Landhung. “Karena kami percaya musik bukan cuma soal siapa yang tampil di panggung, tapi juga siapa yang mendesain panggung, menata lampu, dan menciptakan atmosfer di baliknya.”

Gelaran ini menghadirkan sekitar 700 penikmat musik dari berbagai kalangan. Bagi City of Laboratory, setiap penonton adalah bagian penting dari ekosistem musik itu sendiri. Bahkan, detail kecil seperti gelang bertuliskan “100% Apresiator” menjadi simbol penghargaan kepada mereka yang hadir untuk menikmati dan mengapresiasi seluruh elemen pertunjukan.

Dalam konsep artistiknya, City of Laboratory tidak sekadar menyuguhkan konser musik, tetapi juga eksplorasi visual yang kuat. Elemen punk dari Buzztard's diterjemahkan secara kreatif dalam bentuk panggung, tata lampu, dan bahkan playlist yang memadukan musik punk dengan nuansa lokal seperti keroncong dan musik Jawa.

“Kita ingin mengingatkan bahwa kita ini platform dari Solo. Walaupun musiknya keras dan modern, tetap harus ingat budaya sendiri,” tambah Landhung.

Di balik keberhasilan acara ini, Landhung mengungkap bahwa kunci utama terletak pada identitas dan konsistensi. City of Laboratory dibangun dari semangat kolektif sejak menampilkan band lokal Shipgate dalam showcase perdana mereka bertajuk Gemuruh Bising Kota. Kini, tim yang terbentuk berkembang menjadi ekosistem yang solid, mencakup tim kreatif, media, penata artistik, hingga teknisi panggung.

“Tantangan terbesar itu menjaga konsistensi,” ujarnya. “Banyak yang bilang acara kami sudah selevel festival, tapi bagi kami ini masih proses menuju bentuk ideal: festival yang benar-benar merepresentasikan semangat kolektif Solo.”

Untuk strategi publikasi, City of Laboratory memilih pendekatan yang lebih hangat dan organik dengan penonton. Melalui aktivitas siaran langsung di Instagram dan TikTok, serta interaksi lewat question box, mereka membangun kedekatan dengan penonton sekaligus memperkuat citra komunitas yang terbuka.

“Raja kita itu audiens,” tegas Landhung. “Selama kita percaya diri dengan konsep dan dekat dengan audiens, mereka akan selalu percaya dan datang.”

Ke depan, City of Laboratory berencana menjadikan Laboratory Stage sebagai program rutin dengan kolaborator yang selalu berbeda di setiap edisinya. Dengan semangat yang konsisten, mereka terus menegaskan identitas Solo sebagai kota yang tak hanya hidup dari musiknya, tapi juga dari seluruh pelaku kreatif di baliknya.

Reporter: Akbar Iqbal & Fatimatuzara

Editor: Nafi'ah Mu'azaroh