Pementasan ‘Dhemit’ dalam Preksanatya#2: Kolaborasi yang Menghidupkan Luka Alam
KESENIANBERITAEVENT PEMENTASAN KOLABORASI
Anindita Ismi
11/13/20252 min read
Surakarta, 11 November 2025 — Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) kembali menjadi tempat pementasan Preksanatya#2, sebuah kolaborasi antara Subunit Teater Kidung dan Subunit Tari USF. Mengangkat naskah Dhemit karya Heru Kesawa, pementasan ini membawa tema besar “Harmoni dalam Ekspresi”, sekaligus mengajak penonton merasakan getirnya alam yang terluka. Melalui perpaduan teater dan tari, pertunjukan ini menjadi peringatan, refleksi, dan ajakan bahwa alam bukan sekadar latar cerita, tetapi jiwa yang hidup dan harus dijaga.
Sejak awal pementasan, penonton diajak menyelami atmosfer yang sarat makna melalui visual, narasi, dan gerak tubuh yang terjalin dengan harmonis. Kolaborasi kedua subunit ini menciptakan pengalaman emosional yang intens, memperlihatkan bagaimana seni dapat menjadi medium untuk menyampaikan isu ekologis yang kian mendesak.
Sutradara mengungkapkan bahwa Preksanatya#2 adalah perjalanan yang sangat menyenangkan meski dipenuhi lika-liku. Ia menyebut setiap hambatan yang muncul selama proses produksi justru menjadi bagian penting dari pembelajaran. Proses kreatif ini membuatnya tumbuh menjadi sosok yang lebih terbuka dalam belajar, lebih jujur dalam memaknai perjalanan, dan lebih terdorong untuk berkarya secara kreatif di masa mendatang.
Sementara itu, koreografer turut menyampaikan rasa syukur dan antusiasme karena mendapatkan kesempatan langka memperdalam seni tari, khususnya tari kontemporer yang menjadi elemen utama dalam pementasan. Ia mengaku bahwa proses yang dilalui tidak selalu mudah. Ada momen penuh kebingungan, tekanan, hingga kesedihan yang menyertai perjalanan kreatif ini. Meski demikian, pengalaman tersebut tetap membawa kebahagiaan dan menjadi langkah penting dalam membangun identitasnya sebagai koreografer. Ia juga memberikan pesan inspiratif bagi calon koreografer agar tidak takut mencoba hal-hal baru, berani mengambil peluang, dan terus mencari ruang untuk berkembang.
Dari sisi pemain, Preksanatya#2 menjadi pengalaman yang sangat berharga, terutama bagi mereka yang baru pertama kali terlibat dalam karya tari kontemporer. Proses latihan yang menggabungkan dialog teater dan koreografi tari dirasakan cukup menantang. Beberapa kendala menjelang hari-H sempat membuat mereka kehilangan semangat, namun ketika semua rintangan teratasi, justru tumbuh dorongan kuat untuk memberikan penampilan terbaik. Para pemain berharap pengalaman ini menjadi kenangan berharga bagi seluruh partner dan membuka kesempatan kolaborasi di masa depan.
Selain apresiasi dari tim internal, pementasan ini juga mendapat tanggapan dari seniman, Retno Sayekti Lawu, yang hadir langsung menonton. Ia menyampaikan bahwa visual yang ditampilkan sangat bagus dan terlihat cukup mengusahakan detailnya. Meski demikian, ia juga memberikan masukan konstruktif bahwa aspek pengolahan keaktoran masih dapat digarap lebih dalam. Menurutnya, dengan proses yang lebih cerdas dan eksploratif ke depannya, pementasan serupa akan memiliki daya pukau yang jauh lebih kuat. Masukan ini menjadi refleksi berharga bagi seluruh tim untuk pengembangan karya selanjutnya.
Preksanatya#2 tidak hanya menghadirkan karya seni, tetapi juga mempertegas posisi seni pertunjukan sebagai ruang pembelajaran, refleksi, serta ajakan untuk kembali menjaga hubungan manusia dengan alam yang telah lama memberi kehidupan.
